Seseorang pernah bertanya kepada saya, yang cukup menarik untuk disimak.
Bagaimana caranya melupakan laki-laki yang pernah kita cintai? Lalu, bagaimana agar bisa tetap menjaga komitmen untuk melupakan lelaki tersebut?
Alhamdulillah, di tengah gelapnya dunia yang menyuguhkan skema-skema pelabuhan hati dan kesemuan cinta, ada diantara mereka yang bersedia memenangkan nuraninya untuk menyalakan pelita iman. Yang lebih luar biasa adalah, mereka berasal dari kalangan pemuda-pemudi, yang menurut kelaziman umum di usia mereka saat ini sangat berhak untuk menyalurkan hasrat-hasrat cinta mereka kepada siapapun yang mereka inginkan.
Memahami Tabiat Hati
Ada hal-hal di dunia ini yang kita tak memahami mengapa demikian adanya. Semua terjadi dan tercipta begitu saja tanpa bisa kita pahami mengapa harus seperti itu. Gaya gravitasi, kinetika benda bergerak, mekanisme termodinamika, dan sifat-sifat unsur alam semesta, semua berjalan begitu saja dalam pandangan kita, atau dalam banyak hal mungkin kesemuanya luput dari perhatian kita. Namun kita melihatnya sebagai gejala normal alam ini.
Air terjun selalu bergerak turun, udara panas selalu menaik, bebatuan suatu saat akan merapuh, gesekan ban dengan aspal akan membuatnya panas, petir akan menyambar benda yang lebih tinggi, dan ozon menangkap gelombang ultraviolet yang dipancarkan matahari.
Atau simaklah dedaunan yang hijau, menguning, kemudian kecoklatan dan merapuh. Juga alkohol yang dikatakan 'dingin', daging buah semangka yang terasa manis, buah mengkudu yang teramat pahit, dan harimau hutan yang belang-belang hitam.
Rupanya, begitulah Allah Swt mencenderungkan hati kita pada suatu sifat, yang dengannya kita terlihat sebagai makhluk bernama manusia, yang dengannya kita disebut 'manusia'.
Dalam perspektif umum, manusia benci bila dibohongi, suka bila diberi, takut bila didominasi, marah saat dizalimi, menangis bila tak berdaya, tertawa bila gembira, atau dalam banyak hal, menginginkan kebahagiaan atas pencapaian hidupnya.
Manusia berpikir bila diberi persoalan, merasa gelisah bila sendirian, berhati-hati bila merasa tak cukup mampu mengerjakan suatu keahlian, atau berkebutuhan untuk hidup dan bergerak bersama-sama orang lain dalam komunitas yang relatif serupa dengannya. Dia menginginkan untuk dihargai, dia ingin mencintai dan dicintai...
Kita bersyukur, dihadirkan-Nya di dunia, dalam jasad manusia, dengan takdir sebagai manusia.
Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.
Q.S At-Tiin 4
Sedangkan, hanya orang-orang yang ingkar saja yang menyesal telah diciptakan di dunia sebagai manusia. Kekafiran mereka membuatnya merana dan meratapi, mengapa dahulu dia tidak beriman dan bersyukur kepada-Nya.
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah."
Q.S An-Naba' 40
Realita Hati Kita
Hati memiliki tabiat cenderung kepada kesenangan. Dan diantara sebentuk kesenangan yang Allah Swt titipkan kepada kita adalah rasa ingin mencintai seseorang, serta dicintainya. Tidak ada seorangpun yang benar-benar siap kehilangan seseorang yang dicintainya, atau ikhlas melepasnya. Bisa, barangkali dalam waktu yang cukup lama. Dan penantian atas 'waktu penglupaan' tersebut memang menyakitkan, bagi sebagian orang.
Keimanan kita kepada Allah dan pemahaman kita akan konsekuensi iman tersebut, yakni penempatan kecintaan kepada Allah Swt di atas segala-galanya (Baca Notes saya : Cinta Kepada Mukmin dan Muslim), terkadang terbenturkan dengan sebuah realita:
Saya mencintai lelaki tersebut, namun saya juga tak mau menukar iman saya dengannya. Lantas, bagaimana saya mampu melupakannya?
Derajat Kefitrahan Kita
Cinta adalah fitrah manusia, maka setiap manusia yang menolak fitrah itu pada dirinya berarti mereduksi nilai-nilai kemanusiaannya. Manusia harus hidup bersama fitrahnya, agar ia bermakna dan bermartabat sebagai manusia. Salah besar, bahwa membunuh cinta dapat memuliakan diri kita dihadapan-Nya.
Itulah sebabnya, Rasulullah menegur sahabatnya yang menolak menikah, berpuasa terus-menerus, dan tidak tidur untuk shalat malam, dengan alasan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Rasul Saw tahu, bahwa kebutuhan untuk mencintai-dicintai, memakan makanan, dan merehatkan badan lewat tidur, adalah fitrah dasar manusia.
Rasul bahkan mengatakan, "Aku adalah sebaik-baik hamba yang bertaqwa. Namun aku makan, aku tidur, dan aku menikah. Itulah sunnahku, barangsiapa tidak mengikuti sunnahku, dia bukan termasuk golonganku." Memelihara fitrah, berarti melestarikan sunnah Nabi Saw. Termasuk dalam urusan cinta. Itu adalah kebutuhan manusia, itulah fitrah manusia.
Sahabat, tidak perlulah kita melupakan lelaki yang kita cintai demi sebuah kemuliaan. Begitu banyak orang yang berusaha sekuatnya melupakan lelaki yang ia cintai, namun berakhir pada kenestapaan dan jiwa yang makin ringkih menerima kehidupan. Ia sibuk mengasihani dirinya, menceritakan pada khalayak ramai bahwa ia aalah orang yang hancur dan merana karena cinta. Apakah orang akan mengasihaninya? Satu-dua orang mungkin iya, namun berapa lama?
Tidak ada manusia yang tahan mendengarkan keluhan dan kesedihan orang lain setiap hari setiap detiknya. Sebab itu sama saja dengan memaksa diri menyaksikan dan mendengarkan kesengsaraan. Sementara fitrah manusia adalah mencari kegembiraan dan perasaan nyaman. Maka, orang-orang yang selalu bersedih akan ditinggalkan perlahan oleh zaman.
Berdamai dengan Kehidupan
Berdamailah dengan masa lalu, tak perlu berkonfrotasi dengannya. Lelaki yang tidak halal bagimu adalah masa lalu, dan kebersamaan dengannya adalah ketidakpastian. Haruskah kau hancurkan dirimu dalam kebinasaan karena menantikan sesuatu yang tidak terang urusannya?
Sahabat, yang perlu engkau lakukan adalah menyibukkan diri dalam petualangan-petualangan kemuliaan. Biarkan otot-otot mudamu berkontraksi penuh energi, pikiranmu berjejalan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang menanti dipecahkan, dan nafasmu menderu menginginkan udara kebebasan.
Hiduplah, terus hiduplah. Jalani hidup ini dengan optimis, sekuat keyakinanmu bahwa Allah pasti tunjukkan kebaikan pada skenario hidupmu. Isi hidup dengan beragam aktivitas menyenangkan dan menentramkan, itu sah-sah saja. Namun tahukah engkau, bahwa kesenangan dan ketentraman hakiki sesungguhnya adalah berpetualang menaklukkan dunia untuk menegakkan Kalimat-Nya?
Ada masjid-masjid yang kekurangan tenaga pengajar TPA/TPQ, kau bisa berkontribusi disana. Begitu banyak lembaga-lembaga amil zakat membutuhkan relawan jemput zakat, panitia Ramadhan yang kurang skill manajerial, anak-anak jalanan yang butuh sekolah gratis dan penguatan aqidah, dan panitia acara Islam yang butuh ahli-ahli mengemudi untuk mengantar jemput ustadz dan narasumber.
Kau suka bisnis? Dakwah ini butuh banyak sokongan dana. Kau ahli mengkonsep dan menjalankan EO? Dakwah ini butuh seksi Acara yang handal. Atau kau hanya sekedar mau amanah ringan dan tak mengeluarkan tenaga besar seperti penjaga sandal dan sepatu? Ketahuilah, begitu banyak maling yang beroperasi di tempat-tempat ibadah.
Engkau suka kuliner? Seksi konsumsi memerlukan kemampuanmu menemukan tempat-tempat yang menjual sediaan konsumsi untuk acara dakwah. Kau ahli keuangan? Jadilah bendahara acara. Kau rajin dalam mengarsip dan membuat proposal? Jadilah seksi kesekretariatan. Kau gemar memfoto atau mendesain dengan komputer? Jabatan seksi publikasi dokumentasi menantimu. Begitu banyak hal yang bisa kau isi, sahabat, lebih dari sekedar kehampaan jiwa karena ditinggal kekasih, atau meratapi cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Buah Kemanfaatan
Ada begitu banyak saudara-saudarimu yang mengetahui hakikat hidup mereka, untuk apa mereka diciptakan-Nya ke dunia, setelah mereka berjibaku dengan kesibukan-kesibukan bermanfaat. Mereka disibukkan untuk mengabdi kepada-Nya, maka Allah menyibukkan mereka dengan diri-Nya. Mereka benar-benar melupakan kecintaan kepada selain-Nya, sahabat.
Biarkan saja kenangan dan kecintaan kepada manusia hinggap dalam hatimu, cukup sibukkan dirimu kepada-Nya. Tidak perlu susah hati untuk terus memikirkan bagaimana cara agar engkau sudi melupakan masa lalumu itu. Pasti, jika niatmu memang lurus dan sungguh-sungguh mencapai ridla-Nya, Ia akan menuntunmu melupakan selain-Nya...
oleh Mochamad Redza Kusuma pada 28 Februari 2011 jam 16:26
Posting Komentar