oleh Mochamad Redza Kusuma pada 11 Februari 2011 jam 5:40
Pernahkah kau melihat ulat, kawan?
Jelek, mungil, rakus, dan berbulu.
Menjijikkan lagi memuakkan.
Mengganggu persinggahan kita di teduhan pepohonan.
Tapi akan tiba masanya
Makhluk gendut dan lamban itu memasuki fase kepompongnya
Menahan lapar dan dahaganya
Berbulan-bulan lamanya
Ketika fase itu telah lewat
Perlahan kepompongnya meretak
Lalu lahirlah makhluk baru
Indah lagi menyenangkan mata
Itulah kupu-kupu
Hewan yang dinanti tetumbuhan dan manusia
Melanjutkan proses kehidupan selanjutnya
Mengantarkan serbuk sari ke kepala putik
Dan memfasilitasi lahirnya kehidupan baru
Bagi bunga-bunga yang telah matang masa rekahnya
Belajar dari kupu-kupu
Begitulah diri ini mendefinisikan cinta
Dia buruk dan nestapa
Ketika dijalani pada usia "ulat"nya
Ketika dilalui pada fase belum halalnya
Belajar cinta dari kupu-kupu
Dia hanya akan indah dan penuh makna
Ketika telah tiba fase "kupu-kupu"nya
Ketika sampai pada masa halalnya
Belajar hikmah dari kupu-kupu
Hidupnya tak berhenti disitu saja
Ada tugas-tugas kehidupan yang belum usai
Berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya
Mengisap nektar sepanjang hari
Menghidupi diri sesuai fitrahnya
Tanpa mengganggu kehidupan yang telah ada
Belajar hikmah dari kupu-kupu
Kerja hariannya justru menebar manfaat
Mengantar serbuk sari yang siap melepas diri
Kepada kepala putik yang telah lama menanti
Bertemu dalam ikatan alamiahnya
Dalam rangka memenuhi Taqdir Tuhannya
Belajar hikmah dari kupu-kupu
Apa yang diinginkan pada pernikahan kita?
Selain menebar manfaat bagi sesama
Disitulah tujuan menikah digariskan-Nya
Bukan menjadi akhir dari episode usia
Tetapi awal bagi kehidupan selanjutnya
Belajar mengelola cinta dari kupu-kupu
Menanam kebaikan di semua lahan kekosongan
Mengantarkan manusia dan semesta kepada cahaya agama-Nya
Melahirkan anak-anak Qurani dan Rabbani
Dalam rangka memenuhi hajat dunia
Akan generasi-generasi yang menegakkan Kalimah-Nya
Belajar berproses dari alam semesta
Bahwa tiada sesuatu yang instan terjadinya
Mawar akan cantik pada akhir prosesnya
Jangan tergesa memetik atau mengambilnya
Agar ia bisa memaksimalkan semua kebaikannya
Biarkan kuncupnya mekar menjadi bunga
engambil air dari samudera
Menyucikan dan mengembunkan dirinya
Pada gunung dan perbukitan
Akan tiba masa beratnya
Ia turun sendiri ke dunia
Kuda akan kuat pada usia dewasanya
Ia terlahir lemah tak berdaya
Kakinya kurus tak sanggup menopang tubuhnya
Ia istiqamah dalam dekapan induknya
Hingga cukup baginya fase kemandirian
Dan siap berlari kemanapun jua
Alangkah ruginya mentergesai kenikmatan
Membuat detik-detik di depannya terasa hambar
Belajar dari Ahli Puasa
Ada dua kenikmatan yang dijanjikan kepadanya
Indahnya sajian saat ia berbuka
Dan ketika disapa Tuhan dengan limpahan pahala-Nya
Ah, semua memang indah jika sudah waktunya...
Siapa bersegera hijrah kepada-Nya?
---Untuk orang-orang Terakhir---
Posting Komentar